Sabtu, 06 September 2014



“Semangat menggapai cita-cita”

Semilir angin pagi sapa insan  pemetik teh di detak nadi pegunungan  Kecamatan Gununghalu yang berlokasi di ujung Kabupaten Bandung Barat. Pemandangan nan cantik dan piawai di sepanjang jalan dengan warna hijau yang mendominasi, sejukan asa dan rasa yang membuat mata terasa segar menggelegar. Gemericik air mengalir di sela-sela pepohonan menuruni lembah yang terusik.
Perjalanan menuju Desa Tamanjaya tidak lah mudah, jalan berkelok, berbatu dan longsoran di sisi jalan harus membuat ekstra hati-hati. Detik demi detik membuat jantung berdetak berpacu dengan keinginan tuk tahu arti peduli, pemandangan yang indah dan perawan,  membuat semangat menggebu untuk sampai di ujung sebuah dusun nan jauh di upuk mata.
Di sebuah halaman rumah panggung,  seorang gadis kecil berambut panjang sedang bermain dengan teman-temannya penuh gelak tawa. Tampak dari jauh tidak ada yang berbeda diantara mereka, seolah berbaur tanpa ada kesan malu. Tatkala kami mengucapkan salam, terlihat Meti Siswa SD Sodong I Desa Tamanjaya menolehkan wajahnya. Terenyuh hati ini melhat kondisinya, dengan adanya benjolan diatas hidung diantara kedua matanya yang sayu. Semakin banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam hati kami untuk lebih banyak mengetahui kondisinya. Sungguh paparan nyata yang betul-betul kagetkan hati dan nurani, dialog pun mengalir dengan sendirinya. Betapa miris hati kami, mendengar uraian cerita ibunda Meti yang selama ini melihat dan merasakan derita anaknya tercinta. Betapa sulit dan riskan kepengurusan Jamkesmas, seolah keadilan tidak pernah berpihak dan menyatu dalam raga miskin yang mereka miliki. Tapi mereka tetap optimis walau raga miskin tapi hati haruslah tetap kaya. Senantiasa Do’a selalu tercurah tuk kebaikan nurani ananda, belahan hati, curahan raga kan selalu tertuju.
Ketika kami ceritakan PNPM Generasi Sehat dan Cerdas, nampak ibunda Meti terperangah terlihat secercah asa dan senyum terkembang di wajahnya. Sungguh pemandangan yang membuat hati terenyuh, seolah bahagia itu akan jemput dan bawa berkah ananda. Terisak penuh dengan air mata berkaca, hanya mampu ucapkan “ hatur nuhun kana kasaeanna” karena ibunda meti ternyata tidak paham baca tulis dan bahasa Indonesia tidak begitu dikuasai.
Perjalanan tadi hanyalah salah satu kegiatan yang kami lakukan untuk melihat secara langsung kondisi Meti. Dan kamipun bertekad untuk menyeka air mata ibunda meti dan memberikan senyum terindah di sudut bibir mereka, tuk gapai semua asa yang tiada bertepi.
Akhirnya kamipun flash back ke belakang kisah yang mengharukan, Berawal dari adanya hasil Musyawarah dusun & DTKP di Dusun , muncul permasalahan yang diutarakan oleh seorang Guru bahwa ada anak-anak yang kurang maksimal dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal ini di sebabkan daya penglihatan dari anak tersebut yang terganggu sehingga harus selalu duduk di depan dan inipun mengganggu terhadap nilai mereka bahkan kehadirannya. Berdasarkan proses perencanaan & pembuatan RAB, maka teranggarkan dana Pengadaan kacamata untuk 5 orang anak pemanfaat.
Ketika dana akan dicairkan, dilakukan pemeriksaan terkait kondisi kesehatan mata dari pemanfaat, termasuk Meti. Berdasarkan hasil pemeriksaan untuk Meti , disarankan untuk melakukan pengobatan karena kondisi mata terganggu oleh adanya benjolan di antara ke dua matanya. Yang lebih memilukan adalah sempat adanya penolakan / rasa trauma dari orangtua Meti, 2 tahun yang lalu ada yang coba memfasilitasi pengobatan. Tetapi ternyata ketika uang dari hasil meminjam sebesar Rp 2.500.000,00 dikeluarkan, pengobatan tidak kunjung di dapat malah ditelantarkan di Rumah Sakit selama 10 hari bahkan untuk pulang pun mereka mengandalkan uluran tangan orang lain yang peduli.
Bersyukur masih ada rasa peduli dari KPMD & PK Desa Tamanjaya yang senantiasa melakukan konsultasi mengenai penanganan kasus tersebut. Kami yang pada saat itu masih melakukan pendampingan IST KPMD, merasa tergugah dan  berdiskusi dengan UPK , FK & pelaku desa. Sungguh rasa kami tergugah, seolah ada gejolak motivasi yang hinggap dalam dada, inilah yang harus kita bantu. Mungkin dengan keterbatasan yang kami miliki, setidaknya dapat meringankan beban yang selama ini harus di tanggung, miris hati ini melihat photo dan mendengar alur cerita yang disampaikan. Deritamu, adalah derita kami karena asa akan terjawab bila sentuhan tangan dan uluran keajaiban kan selalu hinggap dalam raga-raga yang mau berusaha. Semangat dan selalu optimis selalu dikedepankan karena pada ujungnya kan indah pada akhirnya.
Maka dilakukan lah langkah sebagai berikut :
1.      Desa melakukan kegiatan musyawarah untuk merevisi kegiatan guna penanganan fasilitasi pengobatan Meti.
2.      Tanggal  8 April 2013 dilakukan kunjungan langsung ke rumah orag tua Meti, untuk mengetahui permasalahan & kondisi terakhir. Dari hasil pembicaraan dengan orang tuanya. Benjolan tersebut semakin membesar 2 tahun terakhir. Mata sering sakit/merasa tegang/ sulit dibuka ketika bangun tidur, menyebabkan  dalam satu bulan ada beberapa hari sering tidak masuk sekolah
3.      Memfasilitasi agar pengobatan bisa menggunakan Jamkesmas dengan memfasilitasi pengurusan Jamkesmas.
4.      Tanggal 9 April 2013 dilakukan pemeriksaan awal di Puskesmas agar mendapatkan Surat  Rujukan, hasil pemeriksaan di Puskesmas Meti harus  segera di rujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dengan diagnosa Tumor.
5.      Tanggal 11 April 2013, kamipun memfasilitasi transportasi & akomodasi ke RSHS . Tetapi Jamkesmas ditolak karena data di Kartu Jamkesmas, Database , Kartu Keluarga & KTP tidak sinkron. (transportasi & akomodasi menggunakan dana talangan dulu karena dana PNPM GSC belum dicairkan termasuk biaya pengobatan awal). Ketika sampai di RSHS harus mendapat rujukan dulu dari RS Cibabat, maka dilakukan pemeriksaan di Poli Bedah RS Cibabat dengan diagnosa Menlingoule. Kemudain siang hari dilanjutkan pemeriksaan di Poli Bedah Plastik RSHS, dan harus melakukan pemeriksaan ulang besok paginya jam 07.00. Dikarenakan tidak adanya rawat inap di RSHS, maka Meti, orangtuanya dan pengantar menginap di lorong RSHS , daripada harus pulang ke Gununghalu dengan jarak tempuh 3,5 jam.
6.      Tanggal 12 April 2013, dilakukan pemeriksaan kembali oleh tenaga Dokter ahli (4 Dokter Asing & 4 Dokter lokal), hasilnya harus dilakukan operasi dengan diagnosa Kebocoran Tulang Hidung sehingga cairan otak masuk ke sekitar hidung. Sebelum operasi harus dilakukan pemeriksaan Rontgen Kepala, CT Scan dan Pemeriksaan Darah juga konsultasi dengan Dokter Syaraf. Dikarenakan biaya CT Scan & Pemeriksaan darah yang cukup mahal maka kami tunda , sambil menunggu perbaikan kelengkapan data Jamkesmas. Tetapi untuk Rontgen Kepala menggunakan jalur umum karena bisa dilakukan hari itu juga. Ternyata perlu kesabaran dan keuletan jika menggunakan dana jalur Jamkesmas, karena untuk CT Scan menggunakan Jamkesmas harus menunggu jadwal dari RSHS, Surat Verifikasi dari Dokter & hasil Rontgen Kepala.
7.      Proses selanjutnya saat ini adalah perbaikan kelengkapan data Jamkesmas dan menunggu jadwal CT Scan & pemeriksaan darah (harus puasa semalam) di RSHS.
Tak terlihat wajah lelah di wajah Meti dari mulai pemeriksaan di Puskesmas sampai pada saat Rontgen Kepala di RSHS. Harapan untuk menggapai cita-cita melanjutkan sekolah ke SMP membuatnya semangat mengikuti pengobatan yang dilakukan. Sungguh semangat luar biasa yang harus kita jaga agar asa senantiasa berpihak, bersama kaki mungil yang senantiasa tapaki jalan dengan hembusan napas dan semangat untuk selalu rengkuh bahagia bersama bintang di langit. Bahkan hampir setiap hari Meti dan orangtuanya terus bertanya kapan bisa di operasi.
Bersama PNPM GSC  harapan dari seorang gadis cilik bernama Meti yang kami plesetkan ‘Menggapai Esok Terlihat lebih Indah’ semoga terwujud dan  Allah SWT memberi kelancaran, kemudahan & kesembuhan bagi Meti..........................

Ditulis oleh :  Tim Fasilitator PNPM GSC Bandung Barat

Melly Melanjaya, Dewi Sulamdari & Siti Habibah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar