Sabtu, 06 September 2014

Cerita Lama waktu bertugas di Jabar



“Belajar Ber-empati di kedalaman Rongga”

Awal bulan Desember 2012 kala itu sudah lupa tanggal bahkan harinya, namun ingatan saya melekat kala itu hujan turun pagi hari di langit rongga, agenda berkunjung ke desa Cicadas pun menjadi tertahan sebab hujan belum juga reda. Sudah menjadi kebiasaan di UPK kecamatan Rongga ada sesuatu yang akrab menemani kebersamaan kami memulai hari dengan secangkir kopi dan makanan ringan sebagai perangsang semangat beraktifitas.    Sambil menunggu pergi, kepada rekan-rekan di UPK yang sudah datang lebih pagi saya coba lempar topik pembicaraan tentang seorang anak bernama Azis yang menurut laporan dari KPMD menderita gizi buruk, sungguh hari yang indah walaupun cuaca tidak secerah harapan bahkan bukan hanya mendung tapi hujan. Namun kami tetap bersyukur bahwa bagaimanapun cuaca tetap anugerah, sehingga tidak menyurutkan semangat kerja kami karena yang terpenting adalah hati yang tenang dan pikiran yang terang. Tengah khusu berdiskusi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam dari luar padahal pintu sengaja kami buka seperti biasanya disaat jam kerja, sejenak kamipun menghentikan perbincangan dengan sama-sama menoleh kearah luar namun terdiam sebentar bahkan hampir lupa membalas salam. Ada sesuatu yang mengagetkan, perempuan berkerudung usia setengah baya dengan pakaiannya yang hampir basah karena kehujanan terlihat menegar-negar diri menahan gigil dinginnya cuaca.  Segera kami persilahkan masuk dan duduk lalu diantara kami ada yang bergegas menyuguhkan air hangat untuk sekedar memulihkan gigil. Dengan sopan kami bertanya: “ibu dari mana ya, barangkali ada perlu?” perempuan itupun menjawab dengan nada suara yang pelan dan lambat, dengan tatapan mata yang menyiratkan adanya pertarungan antara semangat perjuangan dan kesedihan. Kami sela dengan sedikit pertanyaan langsung dia bercerita panjang lebar tentang kondisi Azis serta perjuangannya selama ini. Sampai kamipun lupa mencatatkan point-point penting dari pembicaraannya. Sebab kami berpikir setiap kata dalam ucapannya syarat dengan makna Cinta dari seorang ibu terhadap buah hatinya, kesimpulan kami semuanya menjadi penting untuk didengarkan. Namun dari beberapa hal yang diutarakannya ada beberapa hal yang kami ingat, Perempuan itu bernama Rina dia mempunyai dua orang anak, Azis merupakan anak kedua sekaligus bungsu untuk saat ini, usianya baru lima tahun namun perjuangan hidupnya melampaui usia balita-nya. Hasil diagnosa dokter, Azis mengidap penyakit Sipi  dari penyakit tersebutlah Azis menderita gizi buruk, matanya menjadi katarak, bahkan saluran kencingpun bermasalah harus dioperasi. Sungguh kondisi yang memprihatinkan namun mengharukan, ditengah kondisi berpenyakit berat, keluarga Azis juga tergolong mapan dalam kekurangan (baca: belum mampu keluar dari kemiskinan). Sempurnalah ujian yang menimpa mereka.
Menurut pengakuan ibunda Azis, pemerintah telah membantu melalui program jamkesda pada tahun 2008 dan berakhir tahun 2010 dengan penanganan secara bertahap namun tidak tuntas karena alasan alokasi anggarannya sudah melebihi batas. Perjuangan ibunda Azis pun tidak berhenti sampai disitu, segala daya yang ada dikerahkan demi kemajuan Azis walau jauh dari optimal dalam hasil.
Menurut anjuran dokter Azis harus mengikuti terapi bihepier secara intensif, walau jasa terapi tidaklah terlalu mahal bahkan ada lembaga yang dalam kondisi tertentu nyaris tak berbayar, kendalanya ada di ongkos dari Kp.Cicalengka desa Cicadas kecamatan rongga ke kota bandung dianggap berat bagi keluarga Azis yang tergolong ekonomi lemah. Keterbatasan yang dimilikinya sempat membatasi semangatnya, namun harapan senantiasa membesarkan pikirannya. Sehinga dipenghujung tahun 2012 keluarga Azis mendapat informasi dari saudaranya bahwa ada program PNPM Generasi sehat & Cerdas di kecamatan Rongga dan desa Cicadas termasuk desa partisipasi dalam program pemerintah ini. Untuk mendapatkan informasi yang jelas ibunda Azis menemui pelaku PNPM Generasi tingkat desa juga puskesmas dan disarankan untuk menemui langsung fasilitator kecamatan PNPM Generasi ke kantor UPK Rongga di jalan lebak saat Desa Cibedug. Dan ternyata ibunda Azis mengikuti saran dari pelaku desa juga puskesmas seperti yang sudah diceritakan tadi diatas.
Sebenarnya sebelum ibunda Azis mendatangi kami di kantor UPK, kami sudah mendapat laporan dari KPMD desa Cicadas juga pihak puskesmas bahwasannya ada balita yang gizi buruk. Namun laporan baru kami terima pada bulan desember tahun 2012 padahal usulan kegiatan dari masyarakat sudah di tetapkan melalui musyawarah desa penetapan usulan di bulan oktober tahun 2012. Penetapan usulan ini tidak serta merta dikunci begitu saja, ada tahapan yang harus dilakukan oleh masyarakat dari mulai sosialisasi, pendataan sasaran, identifikasi masalah sekaligus penggalian gagasan yang langsung melibatkan masyarakat dengan difasilitasi oleh pelaku di desa dan kecamatan. Kami menyadari betul kekurangan dalam hal akurasi data serta ketepatan perumusan kegiatan hal ini merupakan bagian dari kekurangan dalam proses fasilitasi kami yang dirasa sudah maksimal. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah perbaikan. Maka kami pun mulai menyusun rencana untuk penanganan masalah yang baru muncul, hal ini juga didukung oleh PTO yang membolehkan adanya revisi kegiatan tentunya sesuai dengan syarat dan ketentuan.
Berbekal PTO dan hasil konsultasi dengan tim faskab, kamipun mulai menempuh tahapan untuk kepentingan penanganan masalah non user yang baru teridentifikasi.
Langkah pertama, yang kami lakukan ialah berkoordinasi ditingkat kecamatan dengan pihak Puskesmas untuk konfirmasi serta masukan, selanjutnya menyampaikan laporan kepada PjOK, BKAD dan Camat.
Langkah kedua, berkoordinasi dengan Kepala desa, BPD Cicadas, dan bidan pembina desa Cicadas.
 Langkah ketiga, Fasilitasi rapat pelaku desa membahas secara khusus penanganan Azis (balita gizi buruk).
 Langkah ke-empat, Kunjungan kerumah Azis bersama pelaku desa.
 Langkah ke-lima, koordinasi kembali sekaligus konsultasi kepada puskesmas.
Langkah ke-enam, fasilitasi keluarga Azis untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit untuk diagnosa ulang.
Langkah ke-tujuh, fasilitasi rapat pelaku desa dalam merumuskan kegiatan penanganan Azis (gizi buruk) beserta kebutuhan anggarannya sekaligus juga memprioritaskan kembali usulan yang sudah ditetapkan untuk menentukan kegiatan yang berada diprioritas paling bawah yang akan dirubah dan anggarannya dialihkan. Selain itu juga para pelaku desa bersepakat untuk mendorong pembiayan oleh jamkesmas dikarenakan secara rasional anggaran alokasi dana PNPM Generasi desa Cicadas relatif kecil apabila dibandingkan dengan tujuh desa lainnya di kecamatan Rongga sehingga tidak akan mencukupi apabila hanya mengandalkan dana PNPM Generasi.  Untuk itu kegiatan yang akan dilaksanakan ialah pembiayaan segala kebutuhan pengobatan sekaligus transportasinya yang tidak dapat dibiayai melalui Jamkesmas.
Langkah ke-delapan, membawa hasil rapat pelaku desa ke forum musyawarah desa untuk ditetapkan yang dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2012.
 Langkah ke-sembilan, fasilitasi keluarga Azis untuk mendapatkan kartu program Jamkesmas.
Langkah ke-sepuluh, setelah ada kejelasan tentang penanganan melalui jamkesmas, pelaku PNPM generasi tingkat desa(PK) mengajukan pencairan dana ke Pokja PNPM Generasi Kecamatan Rongga untuk setiap kebutuhan penanganan Azis(gizi buruk) diluar jamkesmas.
Sampai saat ini penyaluran dana kepada keluarga pemanfaat kegiatan baru dilakukan sebanyak tiga kali dengan nilai total tiga juta rupiah. Tahap selanjutnya keluarga Azis menunggu antrian proses operasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang belum jelas bulan dan tanggalnya(maklum jamkesmas). Dan kamipun dengan setia menunggu di stasiun waktu untuk saling berbagi.
Sungguh asa yang seolah menelisik dada, kapankah penantian ini berakhir ............???? Kapankah derita Azis kan berujung, hingga semua cita tergapai bersama bintang. Kepedulian dan empati lah yang kan terus terjaga, semoga insan yang berjiwa senantiasa bahana tuk tuntaskan derita ini.

Rongga, 17 April 2013
Ditulis oleh Mufti Anwar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar