“Semangat menggapai cita-cita”
Semilir angin pagi sapa insan pemetik teh di detak nadi pegunungan Kecamatan Gununghalu yang berlokasi di ujung
Kabupaten Bandung Barat. Pemandangan nan cantik dan piawai di sepanjang jalan
dengan warna hijau yang mendominasi, sejukan asa dan rasa yang membuat mata
terasa segar menggelegar. Gemericik air mengalir di sela-sela pepohonan
menuruni lembah yang terusik.
Perjalanan menuju Desa Tamanjaya tidak lah
mudah, jalan berkelok, berbatu dan longsoran di sisi jalan harus membuat ekstra
hati-hati. Detik demi detik membuat jantung berdetak berpacu dengan keinginan
tuk tahu arti peduli, pemandangan yang indah dan perawan, membuat semangat menggebu untuk sampai di ujung
sebuah dusun nan jauh di upuk mata.
Di sebuah halaman rumah panggung, seorang gadis kecil berambut panjang sedang
bermain dengan teman-temannya penuh gelak tawa. Tampak dari jauh tidak ada yang
berbeda diantara mereka, seolah berbaur tanpa ada kesan malu. Tatkala kami
mengucapkan salam, terlihat Meti Siswa SD Sodong I Desa Tamanjaya menolehkan
wajahnya. Terenyuh hati ini melhat kondisinya, dengan adanya benjolan diatas
hidung diantara kedua matanya yang sayu. Semakin banyak pertanyaan yang
berkecamuk dalam hati kami untuk lebih banyak mengetahui kondisinya. Sungguh
paparan nyata yang betul-betul kagetkan hati dan nurani, dialog pun mengalir
dengan sendirinya. Betapa miris hati kami, mendengar uraian cerita ibunda Meti
yang selama ini melihat dan merasakan derita anaknya tercinta. Betapa sulit dan
riskan kepengurusan Jamkesmas, seolah keadilan tidak pernah berpihak dan
menyatu dalam raga miskin yang mereka miliki. Tapi mereka tetap optimis walau raga
miskin tapi hati haruslah tetap kaya. Senantiasa Do’a selalu tercurah tuk
kebaikan nurani ananda, belahan hati, curahan raga kan selalu tertuju.
Ketika kami ceritakan PNPM Generasi Sehat dan
Cerdas, nampak ibunda Meti terperangah terlihat secercah asa dan senyum
terkembang di wajahnya. Sungguh pemandangan yang membuat hati terenyuh, seolah
bahagia itu akan jemput dan bawa berkah ananda. Terisak penuh dengan air mata
berkaca, hanya mampu ucapkan “ hatur nuhun kana kasaeanna” karena ibunda meti
ternyata tidak paham baca tulis dan bahasa Indonesia tidak begitu dikuasai.
Perjalanan tadi hanyalah salah satu kegiatan
yang kami lakukan untuk melihat secara langsung kondisi Meti. Dan kamipun
bertekad untuk menyeka air mata ibunda meti dan memberikan senyum terindah di
sudut bibir mereka, tuk gapai semua asa yang tiada bertepi.
Akhirnya kamipun flash back ke belakang kisah
yang mengharukan, Berawal dari adanya hasil Musyawarah dusun & DTKP di
Dusun , muncul permasalahan yang diutarakan oleh seorang Guru bahwa ada
anak-anak yang kurang maksimal dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal ini
di sebabkan daya penglihatan dari anak tersebut yang terganggu sehingga harus
selalu duduk di depan dan inipun mengganggu terhadap nilai mereka bahkan
kehadirannya. Berdasarkan proses perencanaan & pembuatan RAB, maka
teranggarkan dana Pengadaan kacamata untuk 5 orang anak pemanfaat.
Ketika dana akan dicairkan, dilakukan
pemeriksaan terkait kondisi kesehatan mata dari pemanfaat, termasuk Meti.
Berdasarkan hasil pemeriksaan untuk Meti , disarankan untuk melakukan
pengobatan karena kondisi mata terganggu oleh adanya benjolan di antara ke dua
matanya. Yang lebih memilukan adalah sempat adanya penolakan / rasa trauma dari
orangtua Meti, 2 tahun yang lalu ada yang coba memfasilitasi pengobatan. Tetapi
ternyata ketika uang dari hasil meminjam sebesar Rp 2.500.000,00 dikeluarkan,
pengobatan tidak kunjung di dapat malah ditelantarkan di Rumah Sakit selama 10
hari bahkan untuk pulang pun mereka mengandalkan uluran tangan orang lain yang
peduli.
Bersyukur masih ada rasa peduli dari KPMD
& PK Desa Tamanjaya yang senantiasa melakukan konsultasi mengenai
penanganan kasus tersebut. Kami yang pada saat itu masih melakukan pendampingan
IST KPMD, merasa tergugah dan berdiskusi
dengan UPK , FK & pelaku desa. Sungguh rasa kami tergugah, seolah ada
gejolak motivasi yang hinggap dalam dada, inilah yang harus kita bantu. Mungkin
dengan keterbatasan yang kami miliki, setidaknya dapat meringankan beban yang
selama ini harus di tanggung, miris hati ini melihat photo dan mendengar alur
cerita yang disampaikan. Deritamu, adalah derita kami karena asa akan terjawab
bila sentuhan tangan dan uluran keajaiban kan selalu hinggap dalam raga-raga
yang mau berusaha. Semangat dan selalu optimis selalu dikedepankan karena pada
ujungnya kan indah pada akhirnya.
Maka dilakukan lah langkah sebagai berikut :
1. Desa melakukan kegiatan musyawarah untuk
merevisi kegiatan guna penanganan fasilitasi pengobatan Meti.
2. Tanggal
8 April 2013 dilakukan kunjungan langsung ke rumah orag tua Meti, untuk
mengetahui permasalahan & kondisi terakhir. Dari hasil pembicaraan dengan
orang tuanya. Benjolan tersebut semakin membesar 2 tahun terakhir. Mata sering
sakit/merasa tegang/ sulit dibuka ketika bangun tidur, menyebabkan dalam satu bulan ada beberapa hari sering
tidak masuk sekolah
3. Memfasilitasi agar pengobatan bisa menggunakan
Jamkesmas dengan memfasilitasi pengurusan Jamkesmas.
4. Tanggal 9 April 2013 dilakukan pemeriksaan
awal di Puskesmas agar mendapatkan Surat Rujukan, hasil pemeriksaan di Puskesmas Meti
harus segera di rujuk ke Rumah Sakit
Hasan Sadikin (RSHS) dengan diagnosa Tumor.
5. Tanggal 11 April 2013, kamipun memfasilitasi transportasi
& akomodasi ke RSHS . Tetapi Jamkesmas ditolak karena data di Kartu
Jamkesmas, Database , Kartu Keluarga & KTP tidak sinkron. (transportasi
& akomodasi menggunakan dana talangan dulu karena dana PNPM GSC belum
dicairkan termasuk biaya pengobatan awal). Ketika sampai di RSHS harus mendapat
rujukan dulu dari RS Cibabat, maka dilakukan pemeriksaan di Poli Bedah RS
Cibabat dengan diagnosa Menlingoule. Kemudain siang hari dilanjutkan
pemeriksaan di Poli Bedah Plastik RSHS, dan harus melakukan pemeriksaan ulang
besok paginya jam 07.00. Dikarenakan tidak adanya rawat inap di RSHS, maka
Meti, orangtuanya dan pengantar menginap di lorong RSHS , daripada harus pulang
ke Gununghalu dengan jarak tempuh 3,5 jam.
6. Tanggal 12 April 2013, dilakukan pemeriksaan
kembali oleh tenaga Dokter ahli (4 Dokter Asing & 4 Dokter lokal), hasilnya
harus dilakukan operasi dengan diagnosa Kebocoran Tulang Hidung sehingga cairan
otak masuk ke sekitar hidung. Sebelum operasi harus dilakukan pemeriksaan
Rontgen Kepala, CT Scan dan Pemeriksaan Darah juga konsultasi dengan Dokter
Syaraf. Dikarenakan biaya CT Scan & Pemeriksaan darah yang cukup mahal maka
kami tunda , sambil menunggu perbaikan kelengkapan data Jamkesmas. Tetapi untuk
Rontgen Kepala menggunakan jalur umum karena bisa dilakukan hari itu juga.
Ternyata perlu kesabaran dan keuletan jika menggunakan dana jalur Jamkesmas,
karena untuk CT Scan menggunakan Jamkesmas harus menunggu jadwal dari RSHS,
Surat Verifikasi dari Dokter & hasil Rontgen Kepala.
7. Proses selanjutnya saat ini adalah perbaikan
kelengkapan data Jamkesmas dan menunggu jadwal CT Scan & pemeriksaan darah
(harus puasa semalam) di RSHS.
Tak terlihat wajah lelah di wajah Meti dari
mulai pemeriksaan di Puskesmas sampai pada saat Rontgen Kepala di RSHS. Harapan
untuk menggapai cita-cita melanjutkan sekolah ke SMP membuatnya semangat
mengikuti pengobatan yang dilakukan. Sungguh semangat luar biasa yang harus
kita jaga agar asa senantiasa berpihak, bersama kaki mungil yang senantiasa
tapaki jalan dengan hembusan napas dan semangat untuk selalu rengkuh bahagia
bersama bintang di langit. Bahkan hampir setiap hari Meti dan orangtuanya terus
bertanya kapan bisa di operasi.
Bersama PNPM GSC harapan dari seorang gadis cilik bernama Meti yang
kami plesetkan ‘Menggapai Esok Terlihat lebih Indah’ semoga terwujud dan Allah SWT memberi kelancaran, kemudahan &
kesembuhan bagi Meti..........................
Ditulis oleh : Tim Fasilitator PNPM GSC Bandung Barat
Melly Melanjaya, Dewi
Sulamdari & Siti Habibah